Saya tidak kecanduan mancing ikan. Saya juga tidak hobi banget. Bagi saya, memancing hanya sekedar refreshing dari ruwetnya aktivitas sehari-hari.
Mungkin bagi sebagian orang, aktivitas mancing beserta pemancingnya sering dicap negatif, buang-buang waktu, uang, tenaga, atau bahkan pemancing dilabeli tak akan pernah maju.
Terkadang, pemancing itu kena dua kali semprot, ikan yang dihasilkan juga sering dikomentarin bukan hasil mancing, tapi hasil beli di pasar ikan. Sudah terlalu lama sendiri, eh nungguin ikan makan maksudnya, malah dibilang beli di pasar.
Ini hasil mancing bos, kalau enggak percaya silahkan coba kita mancing bareng, dijamin bukan seperti di Youtube yang ikannya cepat banget naik. Sebutannya juga mancing, pasti ada prosesnya. Kalau cepet, itu mungut namanya.
**
Kalau kita ingin merenung sejenak saja, kegiatan mancing ternyata memiliki filosofi tersendiri yang tak dapat dirasakan oleh para hatersnya.
Misalnya saja nih ya, mancing itu sebenarnya bukan lari dari masalah, justru malah memunculkan masalah baru. Loh, ngapain kalo gitu mancing!? Kepanasan, kehujanan, capek! Terkadang, ada hal yang tak bisa dipahami oleh mereka yang hanya melihat kulit luar tapi tak pernah melihat isi.
Kalau kita mancing di laut, cuaca tidak selamanya mendukung, belum lagi soal mabok laut, tali pancing putus digigit ikan Allah swt. — ya namanya juga ikan di laut —atau termakan ekspektasi sendiri karena terlalu bernafsu memburu ikan monster.
Seperti itulah mancing dan hidup ini, artinya pasti rintangan selalu ada ketika kita memilih untuk berusaha (ikhtiyar). Situasi tersebut juga mengajarkan bahwa sebenarnya Tuhan tak pernah mengecewakan kita, tapi kita yang selalu dikecewakan oleh harapan-harapan sendiri.
Memancing juga soal kesabaran. Tidaksemua yang kita inginkan selalu tercapai dan bisa didapatkan dengan instan tanpa adanya proses.
Sama halnya hidup ini bak mancing ikan, butuh proses, pengorbanan, kesabaran, ketelitian, dan jangan pernah mengatur Tuhan.
Kalau sudah rezeki takkan pernah lari. Rezeki itu pasti datang sebagaimana juga kematian yang pasti menjemput, di mana pun dan kapan pun.
**
Jadi, mancing sebenarnya bisa dijadikan alat untuk bertafakkur, bukan hanya sekedar senang-senang atau hura-hura. Imam Nawawi Al-Bantani pernah berkata, bahwa tafakur (berpikir) itu bisa dilakukan mengenai kekuasaan-kekuasaan Allah, yang hasilnya bisa menetapkan penghadapan diri kepada Allah dan meyakini-Nya.
Ada lagi tafakur tentang kenikmatan-kenikmatan Allah. Ini bisa menghasilkan
rasa cinta kepada-Nya. Tafakur tentang janji Allah, yang ini bisa
menghasilkan rasa senang beribadah kepada-Nya.
Tafakur tentang ancaman Allah, dapat menghasilkan rasa takut dari-Nya. Tafakur tentang kecerobohan diri dari melakukan ketaatan, yang menghasilkan rasa malu kepada Allah.
Jadi, kapan kita mancing bareng sambil takabur alam???? Eh, tadabur dan
tafakur!
0 Comments